Namanya yang unik, didapatkan dari keadaan serta bentuk desa yang berada tepat di dalam teluk dan memiliki tanjung yang diberi nama Tanjung Penghujan. Ketika berjalan ke teluk tersebut, Anda akan dibuat takjub karena wilayahnya yang dihiasi dengan batang Bogam tampak tumbuh subur. Banyaknya tumbuhan Bogam, masyarakat kemudian menjulukinya sebagai Teluk Bogam.
Pohon bogam sendiri merupakan tanaman yang menyerupai pohon Bakau atau mangrove. Anda bisa menyaksikan keunikannya melalui jalur darat selama kurang lebih 2 jam perjalanan jika bertandang dari Kota Pangkalan Bun.
Dibalik keindahannya, tidak banyak yang tahu bagaimana sejarah dari Teluk Bogam itu sendiri. Sebenarnya desa satu ini dulunya pernah menjadi tempat tinggal bagi jiwa tahun 1934, sebelum akhirnya diubah menjadi desa definitif. mayoritas penduduknya berasal dari suku Bugis. Pernyataan ini diperkuat dengan ditemukannya makam alm. Andi Manasa.
Banyak wisatawan yang bertanya tanya mengapa teluk satu ini begitu istimewa dibanding teluk di daerah lainnya. Namun ketika berkunjung kesana secara langsung, Anda bisa mengetahui alasan di balik keistimewaannya. Pasalnya di tempat ini, wisatawan akan disuguhkan dengan pesona keindahan matahari terbenam dan terbit dalam waktu yang bersamaan.
Masih berada di tempat yang sama, Anda bisa menjadikannya sebagai destinasi wisata unik berkat hamparan pasirnya sepanjang 3 km. Hamparan pasir indah tersebut berada tepat di tengah pantainya yang diberi nama Gosong Baras Basah. Berkat keunikannya, banyak wisatawan dari berbagai daerah tertarik melihat keindahannya dari mata kepala sendiri.
Berkat keindahan Gosong Baras Basah, bahkan masyarakat yang dipercaya mampu mendongkrak perekonomian rakyat sekitar apabila dikelola dengan serius. Bahkan sejak tahun 1991 silam, destinasi wisata ini belum pernah sepi dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Justru kawasan wisata semakin dipadati pengunjung terutama saat musim libur tiba.
Apabila tertarik mengunjungi Gosong Baras Basah, Anda bisa mendatangi Pantai Teluk Bogam terlebih dahulu. Setelahnya perjalanan dilanjutkan selama 20 menit dengan menggunakan kelotok yang disewakan oleh warga sekitar. Ketika hampir sampai di lokasi wisatanya, terlihat sebuah hamparan pasir di tengah laut yang kerap dihinggapi oleh Burung Camar.